Bekasi, 12 Agustus 2013.
Bicara soal pernikahan, siapa yang ga mau nikah?
Hubungan HALAL yang menghasilkan pahala, Penggenapan setengah agama, Penghasilan keturunan demi berlanjutnya kehidupan manusia, Proses mempelajari hidup secara bersama-sama, dan Dapat menundukkan dunia dengan anak-anak yang istimewa.
Keutamaan dan manfaat nikah banyak banget coy, diantaranya pahala yang terus mengalir, baik dari
Candaan dengan pasangan (Bayangin,becanda aja dapet pahala, siapa yang ga mau coba?), Berpegangan tangan pas bermesraan,apalagi pas udah ngedidik anak buat inventasi masa depan. Blom lagi penambahan mengalirnya rezeki kepada kita, jadi nikah itu bukan buat kita semakin miskin, justru malah menambah rezeki kita dari arah yang kita ga duga-duga. Pernah ada orang, Ridwansyah Yusuf Achmad namanya, salah satu orang yang menginspirasi gue untuk menikah di umur 23. Dia menulis di blog nya tentang bagaimana ketika ia baru meminang istrinya dan berhidup rumah tangga bersama, seketika itu ia mendapatkan rezeki yang ia tidak duga-duga arahnya berupa penjualan bukunya yang 'meledak' dan tercapainya beasiswa S2 ke Belanda.
Nah permasalahannya adalah, sudahkah ada niat untuk mengarah kesana hai Pria dan wanita sekalian?
Kalo soal istri idaman, gue sih sebenernya ga muluk-muluk yak, asalkan agamanya kuat dan bisa mengingatkan gue ketika jatuh imannya,bisa mengangkat derajat gue ketika sedang terpuruk dalam
segi sosial dan ekonomi, bisa menuntun gue sama anak-anak gue ke Surga-Nya, gue rasa udah cukup wanita tersebut menjadi istri idaman gue dan gue ridho akan Titah-Nya yang sudah mengutus wanita ini menjadi jodoh gue. Tapi, pasti lah itu keinginan yang klise bagi semua pria yang menginkan pasangan hidupya di dunia dan di akhirat. Lebih detilnya sih ada lagi kalo gue sebenernya.
1. Bagi gue, Agama dan dakwah itu merupakan motivasi gue untuk menikah, dan so pasti istri gue juga harus punya motivasi itu dalam mengarungi perjalanan berumah tangga bersama. Di dalam segi manajemen dakwah (dakwah kampus terutama), dakwah kampus terbagi atas 4 lini : Dakwiy (Dakwah), Siyasiy (Strategi), Ilmiy (Keilmuan), dan Faniy (Kegemaran). Kebetulan gue adalah orang yang berminat (dan ada beberapa bakat) di bidang Siyasiy dan Faniy. Untuk melengkapi lini-lini dakwah ini, gue sih pengennya istri gue entar adalah seseorang yang mempunyai minat dan bakat di Ilmiy dan Dakwiy sehingga anak-anak gue entar bisa menguasai ke-4 bidang itu dan bisa menjadi pesohor di bidang yang mereka kuasai tersebut.
2. Gatau kenapa,terinspirasi dari film Habibie Ainun, pengennya sih istri gue adalah seseorang yang pendidikannya berlatar belakang dari jurusan kesehatan, biar kalo gua udah tua nanti ada yang ngingetin buat kondisi kesehatan gue dan tau obat-obat yang musti diminum (semisal parah sakitnya),karena gue sendiri juga orangnya rada cuek juga sama keadaan diri sendiri,kalo sekarang kan masih muda,masih serba sehat,kalo udah tua nanti kan udah beda kondisinya,hehe *ngayalmulu
3. Sekali lagi, GATAU kenapa, setiap gue ngeliat akhwat jilbab gede dengan kacamata yang juga gede (emang kacamata gede kaya gimana?) Ya wis sing kacamataan lah pokoknya, gatau kenapa terlihat enchanting aja. Tapi masalahnya gua juga udah pake kacamata,masa iya entar gue sekeluarga sama anak-anak gue pada pake kacamata semua sih -.-"
Aaaaahhhh,udah udah kebanyakan ngayal mulu lu jo.
Tapi satu yang pasti sih,gue pengen istri gue entar adalah orang yang bisa menepis pluralisme yang ada di kalangan keluarganya Almarhumah ibu (kandung) gue terutama, karena keluarga ibu kandung gue berasal dari Bali. Sebenernya sih ibu gue agamanya Islam, tapi ketika Ibu gue masih kecil, dia hidup di Bali, jadi suasana Hindu nya tuh juga masih kental. Banyak sih tante-tante dan om-om gue yang dari keluarga ini udah pada masuk Islam, tapi ya gitu, perilakunya ga jauh beda sama yang Hindu. Bahkan kemaren ketika gue silaturahmi ke rumah tante gue pas idul fitri, kakak gue bilang kalo gue ikut rohis, nah tante gue yang punya rumahnya (Islam sih) langsung nasehatin ke gue, "Awas Jo, jangan suka ikut-ikut pengajian kaya gitu, entar kamu diajak ke yang enggak-enggak lagi,disuruh bikin bom dan segala macemnya lah."
Ampuuuunnnn....Orang jaman sekarang udah pada termakan virus media,segala yang berbau tentang Islam pasti dikaitkan dengan teroris, bom, atau premanisme. Ya...sebenernya sih gue udah mental dibilangin kaya gitu,karena kuping gue "tebel" sama kritik-kritik yang ga berdasar kaya gitu, cuman masalahnya ada di om-om gue yang masih megang kuat ke-Hindu-an mereka, jadi setiap gue ngomong apa, mereka langsung nyeletuk, "wah RADIKAL","Entar pas udah nikah,nikahin perempuan yang keliatan cuman matanya doang lagi.","Wah,entar diajarin cara bikin bom ini".
Ya...gue sih hanya bisa menerima lapang dada akan hujatan itu. Toh di dalam Al-Qur'an juga dijelasin orang-orang yang kaya gitu. Firman Allah SWT di dalam Al-Qur'an :
Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.
(Ali Imraan: 69)
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?
(Al-Maaida: 59)
Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar.
(Al-Baqara: 105)
Pada intinya, istri gue entar adalah seseorang yang membuktikan bahwa gue nikah muda bukan karena suatu petaka, gue nikah muda juga bukan karena nafsu belaka, gue nikah mudah apalagi bukan karena menginginkan suatu tahta ataupun harta, tetapi gue nikah muda karena ingin menyempurnakan setengah agama.
Hai para pecinta!
Kututup tulisan ini dengan sebuah syair. Sebuah harapan yang ditanam di tanah kering yang tandus, berharap akan disiram oleh seorang 'hujan' yang membawa refreshment pada tanah yang kuhinggapi ini.
Aku, pengembara di padang pasirMelewati bebatuan tanpa melihat sedikitpun adanya air di pesisirAku bagaikan debu yang hanya sebutirTerjebak di ruang hampa seperti tanpa ada akhirTetapi tiba-tiba ruang hampa itu meredupMemberikan gaya gravitasi organik dan membuat hidupSeakan-akan seluruh perjalanan ini sudah kurasa cukupDengan ciuman di kening ini yang kau kecupSegelas susu dan ciuman di kening pada malam pertamaItulah yang dilakukan Rasulullah sesuai nasihat ulamaIndahnya malam pertama cuman berduaSeakan-akan hanya kita berdua yang menguasai dunia.
0 komentar:
Posting Komentar